Bocah SD di Garut Memulung Usai Pulang Sekolah, Demi Keluarga yang Ditinggal pisah ibunya
Warta Polisi-Garut. Di tengah hiruk pikuk kehidupan dan tuntutan ekonomi yang semakin sulit, muncul kisah menyentuh dari seorang anak bernama Sigit Ramdhan Fadilah. Bocah kelas empat SD ini setiap harinya memulung barang bekas sepulang sekolah demi membantu sang ayah mencari nafkah.
Sigit merupakan siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Suci Kaler, yang tinggal di Kampung Babakan Koropeak, Desa Suci Kaler, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Senin(05/05/2025).
Usianya masih sangat belia, namun beban hidup yang ia pikul jauh dari kata ringan.
“Ayah kerja sebagai Gojek online, kadang ada kadang enggak. Saya bantu cari barang bekas biar bisa buat beli makan,” ujar Sigit saat ditemui oleh wartawan Kilas Garut.
Sigit adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Kini, ia hanya tinggal bersama sang ayah setelah ibunya pergi meninggalkan mereka. Sejak saat itu, Sigit mulai ikut memikirkan bagaimana cara membantu mencukupi kebutuhan harian mereka.
Sepulang sekolah, dengan mengenakan seragam yang sudah lusuh, Sigit berjalan menyusuri gang-gang sempit sambil membawa karung putih di punggungnya. .
Kisah Sigit mulai menyebar luas di media sosial setelah beberapa warga mengunggah potret dirinya yang tengah memulung. Banyak netizen yang mengaku terharu dan memberikan doa serta dukungan untuk bocah tangguh tersebut.
“Saya cuma ingin bantu ayah. Biar enggak capek terus,” ucap Sigit pelan sambil tersenyum malu.
Wartawan Kilas Garut, Deden Kurnia, yang turut mengangkat kisah ini menyampaikan harapannya agar ada perhatian dari pemerintah daerah maupun lembaga sosial.
“Kisah Sigit ini adalah potret nyata masih banyaknya anak-anak Indonesia yang harus bekerja keras sejak dini demi bertahan hidup. Harusnya anak-anak seusia dia fokus belajar dan bermain, bukan memikirkan isi dapur,” ujar Deden.
Ia berharap Sigit mendapat bantuan pendidikan dan kebutuhan dasar agar bisa melanjutkan sekolah tanpa terbebani masalah ekonomi.
Kisah Sigit Ramdhan Fadilah menjadi pengingat bahwa di balik senyum polos seorang anak, bisa tersimpan beban berat yang tak semestinya dipikul sendiri.
Namun dari perjuangannya, kita belajar tentang ketulusan, keberanian, dan cinta keluarga yang mendalam.
(Elis Rosita/Gentur Trisna Yuana. S. Pd.i)